Selasa, 13 Oktober 2015
YANG SESUAI SUNNAH DI BULAN MUHARRAM!
Lihatlah firman Allah Ta'ala berikut:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36).
Apa saja bulan haram itu???
Dari Abu Bakroh, Nabishallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan.Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”[HR.Bukhari dan Muslim]
APA SAJA YANG HARUS DIPERHATIKAN DI BULAN HARAM???
Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, ”Dinamakan bulan haram karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.”
Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, ”Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”
MELAKUKAN MAKSIAT PADA BULAN HARAM, DOSANYA LEBIH BESAR
Ibnu ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”[Latho-if al-ma'arif, Ibnu Rajab al-Hambali]
AMALAN KHUSUS BULAN MUHARRAM?
Bulan Muharram adalah Syahrullah (Bulan Allah)
Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
”Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”[HR.Muslim]
Adapun menyambut muharram dengan puasa khusus awal tahun, do'a khusus awal tahun dengan meyakini keutamaan khususnya, maka tidak ada satu pun dalil shahih mengenai hal ini. Dan tidak ada shahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in juga para imam Ahlus Sunnah Yang melakukannya.
Sumber: Rumaysho.com
Sabtu, 11 Juli 2015
LEMAH DAN MALAS
Seorang muslim bukanlah orang yang lemah dan malas. Bukan pula pengecut, apalagi bakhil. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seringkali berdo'a:
اللهم إنّي أعوذ بك من العجز والكسل والجبن والهرم والبخل
Ya Allah sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada - Mu dari kelemahan, kemalasan, sikap pengecut dan penyakit tua (pikun), serta kekikiran (HR. Al-Bukhari no. 2823, dan Muslim no. 2706).
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam juga berwasiat agar beramal dengan Giat.
احرص على ما ينفعك، واستعن با الله ولا تعجز
Bekerja giatlah pada apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah melemah ( HR. Muslim no. 2664).
Seorang muslim tidak akan malas, karena ia beriman kepada seruan Allah:
{سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ} [الحديد : 21]
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.(Al-Hadid :21)
Seorang muslim bukanlah penakut dan pengecut, karena ia meyakini ketentuan Allah, beriman dengan takdir dan mengetahui, bahwa apapun yang ditetapkan untuknya tidak akan luput dari dirinya. Sebaliknya, apa yang tidak ditentukan untuknya tidak akan pernah menimpanya, bagaimanapun keadaannya.
Semoga kita dijauhkan oleh Allah dari keburukan kelemahan, malas, pikun, dan bakhil.
GAMBARAN SIKAP LEMAH DAN MALAS
1. Malas menjawab dan memenuhi seruan adzan.
2. Menunda-nunda pekerjaan
3. Meninggalkan pekerjaan yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya.
Sumber: Minhajul Muslim, Shaikh Abu Bakar Jabir Al-jazairi.
Sabtu, 04 Juli 2015
HUKUM MENGUSAP WAJAH SETELAH BERDO'A
(Menurut 3 ulama besar: Syaikh Ibnu Bâz رحمه الله, Syaikh Ibnu Utsaimîn رحمه الله & Syaikh Shâlih al-Fauzân حفظه الله )
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Kami sengaja mengangkat tema ini, karena ada faedah yang berharga yang kami dapatkan dari ulama besar Saudi Arabia (Syaikh Shalih Al-Fauzan --hafizhahullah--) yang sikap beliau jauh berbeda dalam menyikapi hal ini. Artinya beliau menyikapinya jauh berbeda dengan sebagian orang yang mengatakan bid'ah dan sesat. Mengenai mengusap wajah setelah berdoa, kami sendiri sudah yakin bahwa itu tidak disyariatkan, karena kebanyakan ulama menilai bahwa haditsnya lemah. Sehingga jika lemah, tentu saja tidak perlu diamalkan. Namun bagaimana mengingkari orang lain yang masih mengamalkan hal ini? Kita dapat melihat ulama besar yang sudah ma'ruf bagaimana keilmuannya mengatakan bahwa tidak perlu bersikap keras dalam mengingkarinya. Mari kita lihat bahasan berikut. Moga bermanfaat.
Hadits Mengusap Wajah Setelah Doa
Mengenai hadits tersebut di antaranya disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Bulughul Maram
وَعَنْ عُمَرَ - رضي الله عنه - قَالَ: - كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا مَدَّ يَدَيْهِ فِي اَلدُّعَاءِ, لَمْ يَرُدَّهُمَا, حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ - أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ
Dari Umar --radhiyallahu 'anhu--, ia berkata:
"Bahwa jika Rasulullah --shallallahu 'alaihi wasallam-- membentangkan tangannya ketika berdoa, beliau tidak menurunkannya sampai beliau mengusap kedua tangan tersebut ke wajahnya."
Hadits ini dikeluarkan oleh At-Tirmidzi. Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits ini memiliki penguat, yaitu dari hadits Ibnu Abbas yang dikeluarkna oleh Abu Daud. Yang keseluruhan jalannya menunjukkan bahwa hadits tersebut hasan.
Sedangkan ulama lain men-dha'if-kan hadits di atas. Adz-Dzahabi mengatakan bahwa dalam hadits tersebut terdapat Hammad, dan dia termasuk perawi yang dha'if (lemah)[1]. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini dha'if jiddan (lemah sekali).[2]
Penilaian Para Ulama Mengenai Mengusap Wajah Setelah Doa
Imam Ahmad bin Hanbal --rahimahullah-- berkata,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah --rahimahullah-- berkata,
Al-Izz bin Abdissalam --rahimahullah-- berkata,
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz --rahimahullah-- ditanya,
Beliau --rahimahullah-- menjawab,
"Hukumnya adalah disunnahkan sebagaimana hadits yang disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Bulughul Maram Bab Dzikr wa Du'a. Bab tersebut adalah akhir bab dalam Bulughul Maram. Hal ini dijelaskan dalam beberapa hadits yang semuanya jika dikumpulkan mencapai derajat hasan. Semoga Allah memberi taufik pada kalian seluruhnya. Wassalaamu 'alaikum."[6]
Dalam soal yang lain Syaikh Ibnu Baz --rahimahullah-- ditanya,
"Perlu diketahui, bahwa mengusap wajah setelah shalat bukanlah bid'ah. Akan tetapi meninggalkannya itu afdhal (lebih utama) karena dha'if-nya hadits-hadits yang menerangkan hal ini. Namun sebagian ulama telah meng-hasan-kan hadits tersebut, karena dilihat dari jalur lainnya yang menguatkan. Di antara ulama yang meng-hasan-kannya adalah Al-Hafizh Ibnu Hajar --rahimahullah-- dalam akhir kitabnya, Bulughul Maram. Demikian pula dikatakan ulama yang lainnya. Barangsiapa yang berpendapat bahwasanya haditsnya hasan, maka disunnahkan baginya untuk mengusap wajah. Sedangkan yang men-dha'if-kannya, maka tidak disunnahkan baginya untuk mengusap wajah. Namun tidak ada hadits shahih yang menganjurkan mengusap wajah sesudah doa. Begitu pula hadits yang telah ma'ruf dalam Bukhari-Muslim atau salah satu dari keduanya tidak membicarakan masalah mengusap wajah setelah doa, yang dibicarakan hanyalah masalah doa. Siapa saja yang mengusap wajah setelah doa, tidaklah mengapa. Namun meninggalkannya, itu lebih afdhal. Karena sebagaimana dikatakan tadi, bahwa hadits-hadits yang membicarakan hal itu dha'if. Namun yang mengusapnya --sekali lagi--, tidaklah mengapa. Hal ini pun tidak perlu diingkari dan juga tidak perlu dikatakan bid'ah."[7]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin --rahimahullah-- ditanya,
Beliau --rahimahullah-- menjawab,
Syaikh Ibnu Utsaimin dalam perkataannya yang lain mengatakan,
Syaikh Shalih Al-Fauzan --hafizhahullah-- ditanya,
"Apa hukum mengusap wajah setelah berdoa?"
Jawaban beliau --hafizhahullah--,
"Hadits yang membicarakan amalan tersebut tidak shahih. Namun siapa yang mengamalkan hal ini tidak perlu diingkari. Akan tetapi, yang tidak mengusap wajah setelah berdo'a, itulah yang ahsan (lebih baik)."[10]
Penutup
Nasehat terakhir dari Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan --hafizhahullah--, kami rasa sudah cukup sebagai kesimpulan. Artinya, hadits yang membicarakan amalan ini, dha'if, sehingga tidak perlu diamalkan. Namun tidak perlu ada inkaru munkar dalam hal ini, karena haditsnya pun masih diperselisihkan dha'if atau hasan-nya. Yang tidak mengamalkan mengusap wajah sesudah berdoa, itulah yang lebih baik. Wallahu waliyyut taufiq.
Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush shalihaat.
Riyadh-KSA, 25 Rabi’ul Awwal 1432 H (28/02/2011)
www.rumaysho.com
[1] Lihat Siyar A'lam An-Nubala, 16/67.
[2] Lihat Dha'iful Jaami', 4412
[3] Al-'Ilal Mutanahiyah, 2/840-841
[4] Majmu' Al-Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 22/519
[5] Fatawa Al-'Izz bin 'Abdissalam, hal. 47.
[6] Majmu' Fatawa Ibni Baz, Ar-Riasah Al-'Ammah lil Buhuts Al-'lmiyyah wal Ifta', 26/148
[7] Sumber website Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz >> www.binbaz.org.sa/mat/11228
[8] Liqa' Al-Bab Al-Maftuh, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, kaset no. 196.
[9] Majmu' Fatawa wa Rasail Ibni 'Utsaimin, Asy-Syamilah, 13/191
[10] Sesi Tanya Jawab, Durus Mukhtashar Zaadil Ma'ad, 25 Rabi'ul Awwal 1432 H, Riyadh-KSA.
________________________________
Penulis: Ustadz Muhammad Abduh bin Tuasikal, M.Sc.
(www.Rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3356-hukum-mengusap-wajah-setelah-berdoa.html)
Kamis, 02 Juli 2015
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA (TERUTAMA IBU): SEBAGAI KAFFARAH DOSA BESAR
Berbakti kepada orang tua merupakan amalan yang paling mendekatkan pelakunya kepada Allah ‘azza wa jalla. Berbakti kepada orang tua dapa menjadi kaffarah bagi dosa besar.
Dalam Adabul Mufrad, Imam Bukhari meriwayatkan, ada seorang lelaki pernah mendatangi Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma dan berkata: “Aku pernah melamar seorang wanita, namun dia menolak untuk kunikahi. Lalu dia dilamar oleh lelaki lain dan ternyata dia menerima lamarannya. Akupun terbakar oleh rasa cemburu dan membunuh wanita itu. Apakah dosaku ini bisa diampuni?
Ibnu ‘Abbas radhiallohu’anhuma berkata:’ Apakah ibumu masih hidup?’
Lelaki itu menjawab,:”Tidak”
Selanjutnya Ibnu ‘ Abbas berkata:”Kalau begitu bertaubatlah engkau kepada Allah dan dekatkanlah diri kepada-Nya sebatas kemampuanmu”
‘Atha bin Yasar berkata: “ Aku mendatangi Ibnu ‘Abbas dan bertanya kepadanya: “Kenapa Anda menanyakan apakah ibunya masih hidup atau tidak?”
Dia menjawab:” Aku tidak mengetahui sebuah amalan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah selain berbakti kepada Ibu.” (HR. Al-Bukhari, dalam al-Adabul Mufrad, dan dishahihkan oleh al-Albani).
Wajar saja kalau berbakti kepada orang tua termasuk amalan yang paling dicintai oleh Allah azza wa jalla, dan setara dengan jihad fii sabilillah.
Dari Ibnu Mas’ud, dia berkata:
Aku pernah bertanya kepada Nabi shalallahu’alaihi wasallam, amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla? Beliau menjawab: “Shalat pada waktunya.” Aku berkata: Setelah itu apa? Beliau bersabda: “ Kemudian berbakti kepada orang tua.” Aku berkata: Setelah itu apa? Beliau bersabda:” Kemudian jihad fii sabilillah.”
(HR. Ahmad, al-Bukhari (527 dan 5970), Muslim (85), at-Tirmidzi (1898), An-Nasa’i (609) )
Sumber: Buku Bersanding dengan Bidadari di Syurga, DR. Muhammad bin Ibrohim An-Naim. Penerbit: Daar An-Naba'.
Rabu, 01 Juli 2015
BAHAYA SIFAT SOMBONG
Adab Ketika Turun Hujan
- Bergembira dengan turunnya hujan
HUKUM MENGAMBIL TANAH TANPA HAQ
(dengan tanah) dari tujuh lapis bumi.” Muttafaqun ‘Alaih, Riyadhush Shalihin no. 206.
dgn tujuh lapis bumi pada hari Kiamat. [HR. Muslim No.3020].
Sabtu, 27 Juni 2015
AMALAN-AMALAN YANG PAHALANYA TERUS MENGALIR
HARTA HARAM??...TINGGALKAN AJA..
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil kecuali lewat perdagangan yang dilandasi rasa suka sama suka diantara kalian, dan janganlah kalian membunuh diri akalian. Seseunggunya Allâh Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa yang berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan dzalim akan Kami masukkan dia ke neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allâh
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :
PERLAKUKAN MANUSIA SEBAGAIMANA KAU INGIN DIPERLAKUKAN
فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ، فَلْتَأْ تِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ
“Maka barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api nereka dan masuk surga, hendaklah ia meninggal sedang ia beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah ia memperlakukan manusia sebagaimana ia ingin diperlakukan” [Diriwayatkan oleh Muslim]
JANGAN SOMBONG LAH....
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
TANDA AKHIR ZAMAN: ADANYA PENGUASA-PENGUASA ZHALIM
لَيَأْتِيَنَّ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يُقَرِّبُونَ شِرَارَ النَّاسِ ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلاَ يَكُونَنَّ عَرِيفًا ، وَلاَ شُرْطِيًا ، وَلاَ جَابِيًا ، وَلاَ خَازِنًا
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
BAHAYA MENINGGALKAN SHAUM RAMADHAN TANPA UDZUR
BERBUAT KEJI DAN BERKATA KOTOR
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إن الله يُبغِضُ الفاحش البَذيءَ
Sesungguhnya Allah murka kepada orang yang gemar berbuat keji dan berkata kotor
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dari Ibnu Umar dari Nabi, beliau bersabda:
العِيُّ والحياءُ شُعـبتانِ من الايمان، والبذاء والجفاء شعبتان من النفاق
Sedikit bicara dan malu adalah dua cabang iman, sedangkan suka bicara kotor dan kasar dua cabang kemunafikan.
[HR. Hakim, shahih disepakati adz-dzahabi ]
Dari Abu Hurairoh Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:
الحياء من الايمان والايمانُ في الجنة، والبذاءُ من الجفاءِ، والجفاء ُ في النار
Malu itu bagian dari iman. Dan iman itu di syurga. Sedangkan suka bicara kotor itu bagian dari sikap kasar, dan kasar itu di neraka.
[HR.Hakim, shahih disepakati adz-dzahabi ]
Sumber: al-Kabaair karya imam adz-dzahaby
ANTARA DR. ZAKIR NAIK, SYI'AH DAN SEBUTAN WAHABI
Dalam sebuah Konferensi Damai di Mumbai pada tahun 2007, Dr. Zakir Naik membela kedudukan mereka (Muawiyyah dan Yazid), pendapat Dr. Zakir Naik ini adalah mengikuti pendapat paraulama besar kaum Muslimin empat mazhab dari dulu hingga sekarang,
Dalam ceramahnya tersebut, Dr. Zakir Naik menambahkan kata pujian ‘Radhiallahu’anhu’, saat setiap kali menyebut nama ‘Yazid’. Inilah yang menjadi sebab Dr. Zakir Naik dicaci maki oleh Sekte Syiah
Dr. Zakir Naik menjelaskan, “Syiah memiliki aqidah yang mengharuskan kita melaknat para Sahabat, mereka paling benci kepada Umar bin Khattab, dan setiap bulan Muharram mereka memiliki ritual melaknat tiga sahabat utama, lalu bagaimana bisa mereka melaknat para sahabat sementara kita bisa diam saja?”
Menghadapi kemarahan Syi’ah ini, Dr. Zakir Naik berkata kepada mereka, “Silahkan kalian melaknat aku 1000 kali! Aku tidak permasalahkan, tapi.. hentikan laknat kalian kepada Abu Bakar, Umar dan Utsman!”
Dan setelah saat itu, mulai terlihat orang-orang yang tidak bertanggung jawab mulai menebar fitnah, setelah orang-orang Syiah, sebagian kaum muslimin pun mulai terhasut untuk menghembuskan isu/sebutan “Wahabi” kepada Dr. Zakir Naik
Padahal, sebutan yang sering diucapkan Syiah itu adalah untuk menipu kaum Muslimin sejak lama, oleh karenannya jangan heran jika Anda Anti Syi’ah pasti akan disebut sebagai Wahabi.
Sumber:islampos.com
DI ANTARA TANDA KIAMAT: ORANG BODOH MENJADI PEMIMPIN
ان ترى الحُفاةَ العراة، العالة ،
engkau melihat orang yang telanjang kaki, tidak berpakaian dan miskin
رعاء الشاء يتطاولون في البنيان.
yang bekerja sebagai penggembala domba berlomba-lomba membangun bangunan tinggi
DI ANTARA GOLONGAN YANG TIDAK MASUK SYURGA

Tiga orang yang diharamkan Allah masuk syurga; (1) pecandu khamr, (2) anak yang durhaka dan (3) dayyuuts yang membiarkan perbuatan nista pada anggota keluarganya (HR. Ahmad, Shahiih al-Jami'ish Shaghiir no. 3052).
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat; anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dayyuts yaitu kepala rumah tangga membiarkan kemungkaran dalam rumah tangganya.”
(HR. Nasa’I 5: 80-81; hakim 1: 72, 4: 146-147; Baihaqi 10: 226 dan Ahmad 2: 134)
KEUTAMAAN DO'A SHAHIH SETELAH MAKAN
" اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هٰذَا الطَّعَامَ وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ"
[segala puji bagi Allah, Dzat yang telah memberiku makan dengan makanan ini dan menganugerahkannya kepadaku tanpa upaya dan kekuatan dariku]
Niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.
Dan barangsiapa memakai sebuah pakaian lalu mengucapkan:
" اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِي كَسَانِي هٰذَا الَّثَوْبَ وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ "
[ segala puji bagi Allah, Dzat yang telah memberiku pakaian ini dan menganugerahkannya kepadaku tanpa upaya dan kekuatan dariku]
Niscaya diampuni dosanya yang telah lalu dan ayang akan datang.
[HR. Ahmad, Abu DAwud, at-Tirmidzi, an-Nasa'i, Ibnu Majah dan al-Hakim; dihasankan oleh al-Albani dalam shahihul jami' dan al-Irwa' no. 1989]